Kurang tahu apakah wartawan beneran atau gadungan. Khususnya di lingkungan kab. Mojokerto, mereka datang ke kepala sekolah, kemudian dengan lagak wartawan menanyai tentang segala hal yang terkait dengan pembiayaan sekolah khususnya penggunaan dana dari pemerintah seperti BOS atau juga yang di dapat dari iuaran siswa terkait dengan biaya-biaya tertentu. Dengan bermodalkan 5 w +1 H, mereka seolah-olah ingin mendapatkan cela penggelapan dana, kemudian akan memperbesar masalah dengan menggunakan kekuatan media yang dimilikinya. Dan sang kepala sekolahpun berdetak jantungnya dan tentunya akan mendapatkan masalah besar bagi citra, pekerjaan dan karirnya. Ujung-ujungnya tendensi terselubung tapi nampak jelas dari wartawan tersebut bahwa mereka ingin mendapatkan sogokan semacam bagian dari kejahatan yang dilakukan oleh para kepala sekolah. Dan kalaupun sang kepala sekolah memberi uang dengan jumlah tertentu, maka mereka sudah kehilangan keintelektualannya untuk bertanya apalagi membuat liputan sampai muncul di media/surat kabar. Prilaku seperti ini ternyata rutin ada, atau semacam iuran bulanan yang harus dibayar oleh semua kepala sekolah. Sungguh apa yang terjadi pada bangsa ini. Apa yang perlu ditakutkan kepala sekolah jika memang telah berbuat yang terbaik dalam menjalankan amanatnya?. Demikian juga apa maksud wartawan menacari-cari kesalahan yang justru bukan untuk kebaikan?. Padahal manusia pasti tahu mana yang terbaik jika memang harus dilakukan. Wassalam!
Keyboard Laptop HP 14-Bw, BS
2 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar