Selamat datang di blognya Cak Rohman Mojokerto

"(ALLAH) YANG MENCIPTAKAN MATI DAN HIDUP UNTUK MENGUJI KAMU SIAPAKAH DIANTARA KAMU YANG PALING BAIK AMALNYA, ......"(Al-Mulk, 67:2)

22 Agu 2011

Perdebatan Perhitungan Awal Bulan Hijriyah (Ru’yah dan Hisab)

Sudah puluhan bahkan ratusan tahun lamanya perdebatan mengenai perhitungan penentuan awal bulan pada bulan hijriyah (ru’yah dan hisab) masih seru dibahas. Terlebih pada penentuan awal bulan syawal (idul fitri) atau idul adha yang berkaitan dengan hari raya umat islam. Khususnya bagi umat islam, setidaknya harus paham mengenai kenapa perbedaan ini harus terjadi..?. karena nikmat dari perbedaan bukan pada pertenkaran tapi keberagaman.

Sumber Perbedaan
Idul Fitri merupakan persoalan syar'i yang menyangkut ibadah mahdlah. Idul Fitri merupakan batas waktu yang menandai berakhirnya bulan Ramadan. Karena itu, Idul Fitri bukan merupakan tradisi dan kebudayaan masyarakat tertentu.

Idul fitri adalah tanda berakhirnya bulan ramadhan dan memasuki bulan baru yaitu bulan Syawal. Sehingga mengakhiri puasa ramadhan hukumnya wajib bila telah memasuki bulan syawal. Oleh karena itu, persoalnnya bukan pada sholat idul fitri tapi idul fitri itu sendiri. Idul fitri (mengakhiri puasa ramadhan) adalah wajib sedangkan sholat idul fitri hukumnya sunnah muakkad. Melaksanakan puasa pada tanggal 1 syawal hukumnya haram karena termasuk hari tasyrik. Hal inilah yang menyebabkan suatu keyakinan masing-masing tidak dapat dikompromikan, karena menyangkut hukum wajib atau haram dari ketentuan yang diikuti oleh setiap muslim.

Kenapa berbeda..?
Perlu diketahui adanya perbedaan dalam penentuan Idul Fitri tidak disebabkan oleh sumber ajaran yang berbeda. Perbedaan itu terjadi semata-mata karena faktor ijtihad yang bersumber ada perbedaan di dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Dalam hal ini, terdapat dua kelompok besar yaitu kelompok rukyah dan kelompok hisab.

Kedua kelompok mendasarkan pendapatnya pada ayat Alquran dan hadis yang sama, Surat Al-Baqarah (2: 185) menyebutkan agar umat Islam menyempurnakan hitungan bulan Ramadan dan mengagungkan asma Allah di hari raya.

“bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda . Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan , maka , sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (2:185)

Dan juga hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: "Janganlah kamu mempercepat awal bulan Ramadan walaupun hanya satu atau dua hari. Jika kamu telah sepakat dengan datangnya bulan itu, maka berpuasalah. Berpuasalah kamu ketika melihat hilal (awal bulan Ramadan). Berbukalah kamu ketika melihat hilal (awal bulan Syawal). Jika langit tertutup mendung dan kamu tidak melihat bulan, maka sempurnakanlah bilangan Ramadan (30 hari). Setelah itu berbukalah."

Terjadinya Perbedaan
Sumber perbedaan pendapat adalah dalam memahami kata "ru'yah" di dalam hadis " ... shumu li ru'yatihi wa althiru li ru'yatihi ..." (Berpuasalah kamu ketika melihat hilal (awal bulan Ramadan). Berbukalah kamu ketika melihat hilal (awal bulan Syawal).
Pendapat pertama, kelompok rukyah berpendapat yang dimaksud dengan kata “ru’yah” adalah melihat hilal secara fisik (ru'yah bil fi'li).

Pendapat ini didasarkan kepada dua alasan. Pertama, Rasulullah dan para sahabat selalu melihat hilal untuk menentukan awal dan akhir Ramadan. Kedua, adanya indikasi bahwa jika hilal tidak terlihat - karena mendung - maka hitungan bulan Sya’ban dan Ramadan harus disempurnakan (30 hari), sebagaimana hadist yang disebutkan di atas.

Sedangkan Pendapat kedua, yaitu kelompok hisab menafsirkan "ru’yah" dengan ru'yah bil 'ilmi (melihat dengan ilmu). Pendapat kelompok ini didasarkan atas tiga hal. Pertama, ayat Alquran surat Yunus (10:5)

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.” (Yunus, 10:5)

Dalam ayat tersebut menganjurkan kepada umat Islam mempelajari peredaran matahari dan bulan sebagai dasar penghitungan waktu dan tahun (li'ta'lamu 'adad al sinina wa al hisab). Ayat inilah yang menjadi pijakan lahirnya Ilmu Hisab (Falaq). Ilmu ini digunakan secara sangat luas untuk menentukan waktu salat dan kalender Hijriyah, awal akhir bulan, hari raya (Idul Fitri - Idul Adha), wukuf di Arafah dan ibadah lainnya.

Kedua, tradisi melihat hilal yang dilakukan oleh Rasulullah dan sahabat hanyalah merupakan "cara" yang dilakukan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, umat Islam bisa menggunakan "cara" lain yang diisyaratkan oleh Alquran. Di antaranya dengan cara ilmiah melalui penghitungan Falaq/ Hisab/Perhitungan. Ilmu ini baru berkembang pada masa Bani Abbasiyah (abad ke-8 M). Pada masa Rasulullah belum ditemukan alat teropong bintang dan belum berkembang ilmu falaq/ astronomi (Armahedi Mahzar dan Yuliani Liputo, 2002: 249).

Ketiga, kelompok hisab berpendapat awal dan akhir bulan tidak ditentukan oleh beberapa derajat ketinggian hilal. Jika berdasarkan penghitungan hisab hilal sudah nampak, berapa pun ketinggiannya, maka hitungan bulan baru sudah masuk.

Karena itu, jika hilal bulan Syawal sudah masuk maka sudah saatnya Idul Fitri. Sedangkan kelompok rukyah berkeyakinan jika posisi hilal sangat rendah, dia tidak bisa di-ru’yah atau terlihat dengan mata telanjang. Karena itu hitungan Ramadan harus disempurnakan (istikmal) 30 hari. Di sinilah sumber perbedaan penentuan Idul Fitri.

Masalah NU dan Muhammadiyah

Di indonesia dua ormas Islam inilah yang tercatat (mengklaim) memiliki umat terbesar. Tapi mengenai ru’yah dan hisab dua metode ini juga dipakai oleh berbagai ormas yang lain selain kedua tersebut. seperti Persis (Persatuan Islam) juga memakai metode hisab saja seperti yang dilakukan Muhammadiyah, demikian juga dengan yang lain.

Muhammadiyah melalui keputusan Majelis Tarjihnya berpendapat bahwa Muhamadiyah berpegang pada wujud (adanya) bulan. Artinya, kalau menurut perhitungan hisab, bulan sudah berwujud (beberapa derajat di atas ufuk) maka besoknya adalah lebaran. Muhammadiyah tidak mempersoalkan apakah wujud bulan tersebut bisa diru'yah atau tidak.

Namun lain halnya dengan NU. Meskipun juga menggunakan hisab, tapi kedudukannya hanya sebagai pembantu saja, NU tidak peduli pada data-data hasil hisab dan ru’yah adalah sebagai penentu keputusan. Mereka tetap berpegang pada patokan ru'yah. Jadi, kalau dalam pengamatan tidak bisa dilihat maka bulan ramadhan diistikmalkan (digenapkan) menjadi 30 hari, sehingga Ramadhan jatuh pada hari berikutnya. Kalau bulan ternyata bisa dilihat, maka
lebaran dapat diputuskan di hari yang ke-29.

Posisi MUI dan Depag

Posisi MUI (Majelis Ulama’ Indonesia) mewakili ulama’ Indonesia, dan Depag (departemen agama) mewakili pemerintah. Posisi MUI dan Depag adalah menggabungkan metode ru’yah dan hisab. MUI akhir-akhir ini justru memberi kebebasan/pembebasan pada umat untuk melaksanakan kapan hari raya idul fitri menurut keyakinannya. Sedang Depag di bawah kepemimpinan Menteri Agama memberi keputusan resmi denga pertimbangan dari ulama’-ulama’ yang ada. Mesti bebarapa tahun terakhir ini ada banyak kritikan terhadap pemerintah yang menyatakan bahwa sebenarnya pemerintah tidak berhak untuk turut campur dalam membuat keputusan jatuhnya hari raya, dalam hal ini seharusnya diserahkan sepenuhnya pada masing-masing umat islam untuk melaksanakannya atas dasar keyakinannya masing-masing. Sehingga hasil pengamatan MUI dan Depag (pemerintah) Boleh jadi, bulan sudah berwujud, namun harus dilihat apakah posisi bulan tersebut imkanur ru'yah (mungkin dilihat atau tidak).

Ahli hisab mengatakan bahwa kemungkinan untuk melihat bulan itu adalah pada posisi sekitar 4 derajat di atas ufuk.Jelas mustahil melihat bulan yang sudah wujud itu pada posisi satu derajat atau dua derajat di atas ufuk. Yaitu posisi hilal kurang dari 4 derajat. Kalau ada pihak yang mengaku melihat bulan pada posisi dibawah empat derajat diatas ufuk, maka kesaksian itu harus ditolak karena kemustahilannya.

Manikmati Perbedaan
Perbedaan di kalangan umat muslim wajar terjadi. Hal ini tidak hanya terjadi pada umat muslim Indonesia saja. Di Australia misalnya, ada yang mengikuti Idul Fitri sesuai dengan negri asalnya.
Komunitas Turki di Australia menetapkan Idul Fitri berdasarkan keputusan mufti pemerintah. Waktu pelaksanaan salat Id berbeda di antara beberapa komunitas.
Sumber perbedaan penentuan Idul Fitri sesungguhnya sudah jelas. Masing-masing pihak mengetahui dan menyadari adanya perbedaan tersebut. Melakukan simplitikasi terhadap perbedaan adalah sesuatu yang tidak bijak. Perbedaan Idul Fitri bukan semata-mata menyangkut aspek rasionalitas sebuah pendapat tetapi menyentuh aspek keyakinan. Karena itu, upaya menyamakan atau menyatukan pelaksanaannya akan sia-sia.
Sikap yang perlu dikembangkan adalah saling menghormati. Memang klasik. Tetapi, perbedaan pendapat adalah sunnatullah yang tidak bisa dihindari di dalam Fiqhul Ikhtilaf, Yusuf Qardhawi menegaskan bahwa perbedaan adalah sesuatu yang wajar dan sah, tetapi tafarruq (perpecahan) sangat dilarang. Di sinilah terletak pentingnya toleransi.

Toleransi meliputi tiga langkah. Pertama, pengetahuan dan kesadaran akan adanya perbedaan. Hal ini membutuhkan kemampuan melihat perbedaan dan sumber perbedaan antara satu kelompok dengan yang lainnya.
Kedua, menghormati mereka yang berbeda pendapat dan memberi kesempatan kepada mereka untuk melaksanakan keyakinan dengan aman. Diperlukan ruang publik yang memungkinkan terjadinya dialog terbuka dan saling menghormati. Di sini komunikasi antariman juga sangat diperlukan.
Ketiga, menerima perbedaan sebagai realitas kehidupan masyarakat plural. Sikap ini tidak berarti mencampuradukkan keyakinan satu dengan yang lainnya. Diperlukan empati dan simpati kepada mereka yang berbeda.
Dengan prinsip ini tidak perlu ada perasaan menang-kalah atau benar-salah. Dalam hubungannya dengan keyakinan, kebenaran tidak selalu ditentukan oleh kehendak mayoritas. Kalaupun pemerintah menetapkan Idul Fitri yang berbeda dengan sebagian umat, keputusan itu harus diletakkan dalam konteks politik kenegaraan.
Keputusan pemerintah berkaitan erat dengan hari libur nasional bukan pada subtansi pemahaman dan keyakinan pelaksanaan idul fitri, yang mengikat seluruh masyarakat, tidak hanya umat Islam yang merayakan Idul Fitri. Secara konstitusional pemerintah berkewajiban untuk menjamin kebebasan beribadah, melindungi dan melayani semaksimal mungkin sehingga setiap warga negara merasakan nikmatnya beribadah.
Perbedaan Idul Fitri merupakan "nikmat" seluruh bangsa Indonesia. Karena perbedaan itu, hari libur menjadi lebih panjang. Bagi yang tidak merayakan Idul Fitri, mereka memiliki waktu yang lebih lama bersama-sama dengan keluarga. Yang merayakan lebih awal, bisa menikmati damainya Idul Fitri dan rangkaian ibadah di dalamnya. Yang merayakan kemudian, bisa menikmati kesempurnaan ibadah puasa dengan hitungan yang sempurna.

NB: Tulisan ini sudah dipublikasikan di (mojokerto blog) sejak 4 tahun silam. Untuk itu Cak Rohman Mohon maaf atas segala kekurangan informasi ini. Sengaja saya publikasikan ulang demi berbagi ilmu tentang masalah yang selama ini masih banyak diperdebatkan oleh orang yang sebenarnya (maaf) kurang memahami, tapi bagi yang sudah paham mereka justru tidak terlalu mempersoalkan.

Sumber: macam2 maaf agak lupa kerena ini tulisan koleksi dulu

Read More → Perdebatan Perhitungan Awal Bulan Hijriyah (Ru’yah dan Hisab)

17 Agu 2011

Fakta Rahasia Warna Merah Putih Bendera Indonesia

Terlepas dari fakta latar belakang pengambilan warna merah putih sebagai bendera Indonesia. Tapi inilah Fakta Rahasia Warna Merah Putih



Hut Kemerdekaan Indonesia dirayakan setiap tanggal 17 Agustus ,
Seluruh warga negara indonesia beramai" meramaikan HUT Kemedekaan Indonesia ,
Berbagai Macam Lomba di Adakan , Dan tak lupa mengibarkan Sang Merah Putih di setiap halaman rumah .
Namun , sudah taukah kamu bahwa ada Fakta Unik dan Menarik dibalik warna bendera indonesia .

1. Seluruh negara Asia Tenggara pasti memiliki warna Merah dan Putih dalam benderanya (kecuali Vietnam).
Jadi, 8 dari 9 negara tetangga kita di Asia Tenggara memiliki warna Merah Putih dalam bendera kebangsaannya.
- Malaysia : merah, putih, biru, kuning
- Singapura : merah, putih
- Brunei : kuning, hitam, merah, putih
- Thailand: merah, putih, biru
- Filipina: merah, putih, biru, kuning
- Kamboja: merah, putih, biru
- Myanmar: merah, putih, biru
- Laos: merah, putih, biru
Ajaib bukan?
Masih belum puas?
- Amerika Serikat: merah, putih, biru
- Rusia: merah, putih, biru
- Jepang: merah, putih
- Perancis: merah, putih, biru
- Italia: merah, putih, hijau
- Inggris: merah, putih, biru
2. Merah Putih merupakan pasangan warna tertua dalam budaya banyak negara dunia.
* Di antara pakaian yg digemari oleh Nabi Muhammad SAW adalah pakaian putih dan pakaian merah.
dalil2 haditsnya::
o Dari Jabir bin Samurah ra : “Saya ketika itu melihat Nabi berpakaian merah, lalu saya membandingkannya dengan bulan. Ternyata dalam pandangan saya, beliau lebih indah daripada bulan.” (HR. Abu Ya’la dan Al-Baihaqi)


o Ibnu Qudamah berkata, “Pakaian yg paling utama adalah pakaian yg berwarna putih karena Nabi bersabda, ‘Sebaik-baik pakaian kalian adalah yg berwarna putih. Gunakanlah sebagai pakaian kalian dan kafan kalian.” (al Mughni, 3/229)
* Di negeri Melayu serta dalam budaya Nusantara, kita sangat mengenal bubur merah bubur putih.
* Perang Saudara Rusia dan Perang Saudara Finlandia adalah peperangan antara Tentara Merah dan Tentara Putih.
* Di Cina, Merah adalah warna keberuntungan & dipakai untuk acara pernikahan. Angpao dalam masyarakat Tionghoa biasa diberikan dalam amplop Merah. Sebaliknya, Putih merupakan lawan dari warna Merah, karena Putih biasanya diartikan sebagai warna berduka. Jadi, Merah dan Putih ini berpasangan.
* Dalam budaya Kristiani, Yesus sering dilukiskan berpakaian Merah & Putih.
Warna Merah & Putih juga merupakan salah satu warna utama dalam Natal (lihat pakaian Sinterklas). Tidak pernahkah terpikir dalam otak agan kenapa Sinterklas tidak berpakaian Hitam & Putih saja misalnya?
* Ada 150 negara yang menyertakan warna Merah pada Bendera Nasional kebangsaannya.
3. Secara anatomi, Merah Putih merupakan warna tertua dalam tubuh manusia. Sejak janin dibentuk di dalam rahim, maka ia terdiri atas darah & daging (merah) dan tulang (putih). Dalam darah manusia, juga ada Sel Darah Merah & Sel Darah Putih !
4. Secara geologi, Merah & Putih merupakan representasi dua unsur alami yang terpanas dan terdingin di bumi. Yang terpanas adalah lava / inti bumi (berwarna merah), dan yang terdingin adalahsalju (berwarna putih).
salju 300x223 6 Fakta Ajaib di Balik Warna Bendera Indonesia !
lava 300x167 6 Fakta Ajaib di Balik Warna Bendera Indonesia !
Lho, apa hubungannya? Nah, baca lagi yg di atas. Merah dan Putih itu merupakan representasi dari benda terpanas dan terdingin di planet ini !
5. Secara optik, Merah adalah warna dengan frekuensi cahaya paling rendah yg masih dapat ditangkap mata manusia dengan panjang gelombang 630-760 nm. Di sisi lain, bila seluruh warna dasar digabung dengan porsi dan intensitas yg sama, maka akan terbentuk warna Putih.
6. Cahaya Merah adalah cahaya yg pertama diserap oleh air laut, sehingga banyak ikan dan invertebrata kelautan yg berwarna Merah. Di sisi lain, riak gelombang air laut selalu terlihat berwarna Putih. Jadi, bisa dikatakan, Merah Putih itu sendiri merupakan simbolisasi dari laut itu sendiri. Tak heran, Indonesia yg merupakan negara maritim / negara kepulauan memilih untuk memiliki bendera Merah Putih !
gelombang 300x199 6 Fakta Ajaib di Balik Warna Bendera Indonesia !
gelombang3 300x224 6 Fakta Ajaib di Balik Warna Bendera Indonesia !
Bagi yg menyangka bahwa bendera kita adalah hasil sobekan dari bendera Belanda, silakan baca fakta sejarah ! Justru Merah Putih merupakan warna asli Indonesia !
  1. Warna Merah Putih diambil dari warna Kerajaan Majapahit. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji2 Merah Putih.
  2. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna Merah Putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar warna Putih dengan dasar Merah Menyala dan Putih. Warna Merah & Putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan Piso Gaja Dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.
  3. Ketika terjadi Perang Aceh, pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul2 dengan warna Merah & Putih, berlatar pedang, bulan sabit, matahari dan bintang serta ayat suci Al Qur’an.
  4. Di zaman kerajaan Bugis Bone, bendera Merah Putih adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone. Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.
  5. Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji2i berwarna Merah Putih dalam perjuangannya melawan Belanda.
  6. Bendera yg dinamakan Sang Merah Putih ini pertama kali digunakan oleh para pelajar dan kaum nasionalis pada awal abad ke-20 di bawah kekuasaan Belanda.
  7. Sang Saka Merah Putih yg dikibarkan pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945dijahit oleh Ibu Fatmawati, istri Bung Karno, pada tahun 1944, berukuran 276 x 200 cm.
  8. Perihal perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya, itu terjadi jauh setelah Proklamasi Kemerdekaan, tepatnya pada tanggal 19 September 1945. Sedangkan pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, kita sudah mengibarkan bendera Merah Putih. Jadi, tidak benar Merah Putih kita adalah hasil menyobek bendera Belanda !
Harapan:
  1. Agar setiap anak bangsa Indonesia bangga akan bendera kebangsaannya !
  2. Agar setiap anak bangsa menghargai jasa serta pengorbanan para pendahulu kita, yg telah berkorban harta, jiwa & raga demi tegaknya bendera lambang kedaulatan bangsa kita !

Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya




Semoga Kemerdekaan menjadi nyata dalam Kehidupan dan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia. Amin

Sumber

Read More → Fakta Rahasia Warna Merah Putih Bendera Indonesia

Belajar Bisnis Internet

 

Pengikut

Komentar Terbaru